Selasa, 14 Desember 2010

PROMOSI BUDAYA DAN PARIWISATA SULAWESI SELATAN MELALUI NOVEL YANG BERBASIS KEARIFAN LOKAL

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini kita diperhadapkan pada kondisi masyarakat dunia yang gencar melakukan proses perubahan dalam menghadapi pembangunan bangsa dengan aksesibilitas yang semakin bebas dan terbuka. Era globalisasi sebagai realisasi dari aksesibilitas yang semakin bebas dan terbuka tersebut, mendorong adanya perubahan dan persaingan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat.

Perubahan dan persaingan tersebut menyentuh hampir seluruh sektor yang terhimpun dalam kesatuan sebuah negara dan bangsa. Seperti persaingan di sektor politik, ekonomi, pendidikan, pelayanan, pertanian, komunikasi, dan bahkan pariwisata. Perubahan dan persaingan tersebut tentu saja tidak dapat dihindari kebijakannya. Yang perlu dilakukan adalah menjadi bagian dari perubahan dan persaingan tersebut untuk menuju ke kehidupan bermasyarakat yang lebih baik. Pariwisata sebagai salah satu sektor yang terkena dampak langsung perubahan dan persaingan, dituntut agar lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan kemajuannya demi tercapainya tujuan kepariwisataan nasional.

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki potensi besar dalam sektor pariwisata. Keindahan alam yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, keragaman seni dan budaya yang unik, peninggalan sejarah yang bernilai tinggi, dan kekhasan kerajinan tangan berbagai daerah, merupakan Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang sangat potensial dikembangkan di Indonesia.

Budaya dan pariwisata merupakan aset pembangun sebuah daerah, baik dari aspek ekonomi dan kemajuan daerah. Kekayaan dan keragaman budaya pesona pesona alam (pariwisata) ternyata bisa mengalihkan perhatian masyarakat dunia. Hal itu terbukti oleh keberhasilan yang telah diperlihatkan oleh beberapa daerah di Indonesia seperti, Bali, Tana Toraja, Lombok, Borobodur dan daerah-daerah pariwisata yang lain.

Tak dapat dipungkiri bahwa pariwisata merupakan primadona bagi pemasukan kas Negara. Pariwisata adalah salah satu industri yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dan signifikan melalui terciptanya kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan untuk mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan (Wahab yang diterjemahkan oleh Gromang, 2003). Lebih jauh, Yoeti (2006) mengungkapkan bahwa pariwisata sebagai industri padat karya (labor intensive) dan sekaligus berfungsi sebagai katalisator dalam pembangunan (agent of development) dan mempercepat proses pemerataan pendapatan masyarakat (re-distribution of income). Dengan demikian pariwisata merupakan salah satu sektor yang perlu menjadi perhatian pemerintah untuk dikembangkan, baik pemerintah pusat maupun daerah.

Dalam atmosfer persaingan yang ketat seperti sekarang ini diperlukan sebuah model promosi baru untuk memperkenalkan kebudayaan dan keindahan alam (pariwisata) kepada khalayak. Model promosi yang baik sangat berperan penting bagi pengenalan budaya dan pariwisata kepada masyarakat luas.

Adalah Sulawesi Selatan, Provinsi yang terletak di jajaran Timur Indonesia, yang memiliki beragam tujuan wisata dengan keunikan tersendiri. Daerah wisata alam yang bergunung-gunung, bentuk pantainya yang memanjang, wisata bahari, agrowisata, maupun wisata budaya, menjadikan Sulawesi Selatan sebagai Daerah Tujuan Wisata yang patut dimasukkan dalam daftar para pelancong. Namun sayangnya potensi wisata yang dimiliki Sulawesi Selatan tak banyak yang diketahui para wisatawan, terutama wisatawan mancanegara.

Promosi budaya dan pariwisata Sulawesi Selatan dilakukan oleh Dinas Pariwisata provinsi dengan berbagai macam cara. Seperti aktif melaksanakan dan ambil bagian dalam festival-festival budaya, memasang iklan di media cetak maupun elektronik, dan sebagainya. Namun hal itu dirasa belum efektif untuk memperkenalkan budaya dan pariwisata Sulawesi Selatan secara keseluruhan. Selain menghabiskan dana yang tidak sedikit, sifat dari pengenalan dan promosinya pun hanya sekilas pada momen-momen tertentu saja. Sementara perubahan pola pikir dan gaya hidup masyarakat menuntut kita untuk bisa beradaptasi dan mengemas sebuah produk kedalam bentuk yang menarik untuk meyakinkan wisatawan dengan tempat yang akan dikunjunginya.

Selain itu, cara promosi yang dilakukan selama ini, cenderung hanya membawa ikon budaya dan pariwisata yang itu-itu saja. Sebagai contoh, dari banyaknya potensi wisata yang ada di Sulawesi Selatan, hanya beberapa tempat saja, salah satunya Tana Toraja, yang memang namanya telah mendunia dan kerap dikunjungi banyak wisatawan, terutama pada bulan Desember. Padahal Sulawesi Selatan terdiri dari dua puluh Kabupaten/Kota yang memiliki pesona wisata yang tak kalah menarik untuk dikunjungi.

Maka salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mendongkrak jumlah wisatawan tak hanya di Tana Toraja, tapi juga di kabupaten lainnya adalah dengan penulisan novel berkualitas yang berbasis kearifan lokal Sulawesi Selatan. Pengenalan budaya dan pesona alam (pariwisata) melalui karya sastra seperti novel dianggap sangat efektif karena mampu menggambarakan kondisi alam, keadaan masyarakat, budaya dan pesona alam pariwisata sebuah daerah secara terperinci.

Berkaca pada kesuksesan Andrea Hirata memperkenalkan budaya dan pariwisata Bangka Belitung lewat novel tetralogi Laskar Pelanginya setelah booming film Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi. Sehingga jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bangka Belitung meningkat lebih dari 500 persen (Belitung Pos dalam Iwan, 2009).

Tujuan Penulisan
Untuk mengagas model baru promosi budaya dan pariwisata dengan menggunakan novel berbasis kearifan lokal.

Manfaat Penulisan
Manfaat Praktis
Bagi masyarakat : Mendapatkan cara untuk mempromosikan budaya dan pariwisata di daerah masing-masing dan berkesempatan menjadi pengarang novel yang dimaksud.

Sementara bagi pemerintah : Memiliki model baru dalam promosi budaya dan pariwisata Sulawesi Selatan.

Manfaat Teoritis
Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan penulis serta bisa digunakan sebagai referensi tambahan bagi penulisan yang berhubungan dengan karya tulis ini ke depannya.

GAGASAN
Kondisi Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan
Kondisi Kebudayaan
Dengan menggunakan jenis tulisan penelitian pustaka (library research) yang bersifat deskriptif, penulis menguraikan pengertian kebudayaan. Kata Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhaya, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang berarti hal-hal yang kaitannya dengan budi dan akal manusia. Selain budaya istilah yang juga dipakai dalam masyarakat adalah kultur. Kultur berasal dari akar kata culture dalam Bahasa Inggris. Karena berkaitan dengan budi dan akal manusia, maka budaya sangat erat hubungannya dengan segala aktivitas di masyarakat. Segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri (Herskovit dan Malinowski dalam Wahid, 2007).

Kebudayaan adalah sesuatu yang dimiliki secara turun-temurun dari satu generasi manusia ke generasi yang lain. Kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religi, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Sulawesi Selatan merupakan provinsi yang memiliki beragam budaya. Terdapat empat suku besar yang mendiami provinsi ini, yaitu Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Setiap suku mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda dan memiliki keunikan tersendiri. Suku Bugis, Makassar dan Mandar dari dahulu hingga sekarang terkenal sebagai pelaut patriotik. Dengan perahu layar tradisionalnya “Phinisi”, mereka mengarungi lautan kepulauan Indonesia sampai ke belahan dunia lainnya. Suku Toraja dikenal hingga ke mancanegara dengan budayanya yang spesifik dan bernuansa religius. Hal itu nampak pada upacara-upacara kematian, rumah tradisional dengan atapnya melengkung, ukiran yang cantik dan warna yang alami. Latar belakang geografis, prasejarah dan sejarah Sulawesi Selatan telah melahirkan unsur budaya yang menarik. Seseorang dapat mengamati, menikmati dari pengalaman pada keunikan budayanya dan hanya ditemukan di daerah ini. Termasuk di dalamnya upacara-upacara, tari-tarian, seni ukir, tenunan cantik yang ditenun dari bahan benang kapas dan sutera dan pemandangan alam tropis yang sangat menakjubkan.

Kondisi Pariwisata
Dengan menggunakan jenis tulisan penelitian pustaka (library research) yang bersifat deskriptif, penulis menguraikan pengertian pariwisata. Pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan seseorang atau kelompok dengan tujuan bersenang-senang atau menikmati keindahan alam tanpa bermaksud menetap dan mencari nafkah. Daya pendorong untuk berwisata adalah keinginan untuk mengetahui dan memiliki sesuatu. Adanya permintaan kebutuhan ini, timbul penasaran yang merupakan kegiatan usaha dan niaga dimana permintaan dapat dipenuhi yakni tukar-menukar barang dan jasa-jasa untuk sesuatu yang dianggap perlu dan berharga. Sebagaimana yang diungkapkan Yoethi (1985) :

“Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain bukan dengan maksud untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tapi semata-mata untuk bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.”

Oleh karena demi memenuhi kebutuhan mengetahui dan memiliki sesuatu di tempat yang dikunjungi, maka tempat yang dituju hendaknya menyediakan apa yang menjadi kebutuhan seorang wisatawan. Hingga melalui pariwisata, masyarakat yang hidup di daerah wisata bisa memanfaatkannya untuk meningkatkan kesejahteraan.

Pariwisata Sulawesi Selatan terus berusaha dihidupkan setelah pernah anjlok pada krisis ekonomi 1997 lalu (Fajar News, 2010). Berbagai program dicanangkan untuk mendongkrak jumlah wisatawan yang berkunjung. Salah satunya adalah program “Lovely December” di Tana Toraja yang dicanangkan oleh gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo pada 2008 lalu. Dari program tersebut kunjungan wisatawan asing dan domestik meningkat cukup berarti.
Sulawesi Selatan mempunyai banyak daerah tujuan wisata yang tersebar di dua puluh kabupaten dan kota. Daerah tujuan wisata itu terbagi atas wisata religius berupa masjid-masjid tua peninggalan kesultanan terdahulu, wisata alam berupa pantai, air terjun, dan lain sebagainya. Namun tidak semua daerah tujuan wisata itu diketahui oleh wisatawan domestik dan asing sehingga kunjungan wisatawan cenderung hanya pada daerah-daerah yang memang telah diketahui sebelumnya.

Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan
Kegiatan promosi merupakan salah satu taktik yang ditempuh untuk menerobos selera dan keinginan-keinginan konsumen, diharapkan menciptakan citra yang mampu mempengaruhi sejumlah orang agar memperhatikan produk atau jasa yang ditawarkan. Kegiatan promosi bertujuan untuk mengomunikasikan kepentingan produsen dengan kepentingan konsumen di lain pihak. Promosi dilakukan melalui saluran dan media komunikasi yang efektif. Orang-orang yang menjadi sasaran beraneka ragam, dengan berbagai kepentingan pula. Promosi menurut Swastha (1983) adalah :

“Arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran”.

Pemilihan media yang disesuaikan dengan kondisi sasaran merupakan langkah yang tepat dalam promosi pariwisata. Mengingat sektor ini senantiasa berubah. Pariwisata dewasa ini bukan lagi semata-mata merupakan kegiatan perjalanan ke suatu tempat tertentu menuju ke tempat lainnya, yang hanya dilakukan oleh kalangan atas saja. Tetapi lebih dari itu, kegiatan pariwisata sudah berkembang pesat menjadi industri yang cukup diperhitungkan, karena mampu mendukung pertumbuhan industri pada bidang-bidang lainnya.

Jadi pada prinsipnya promosi itu diadakan untuk merebut keinginan atau selera konsumen, yang pada gilirannya dapat menciptakan citra, bahwa produk yang ditawarkan melalui selera konsumen tersebut. Demikian pula halnya terhadap promosi paket wisata yang diadakan untuk memberitahukan, membujuk atau mengingat konsumen/wisatawan supaya yang bersangkutan mempunyai keinginan untuk membeli paket wisata yang ditawarkan. Oleh sebab itu promosi harus dilakukan melalui saluran media komunikasi yang efektif, sebab orang-orang yang menjadi sasaran promosi beraneka ragam selera dan keinginannya.

Kegiatan promosi sangat membantu dalam memasarkan produk-produk wisata yang dihasilkan, baik berupa paket wisata maupun jasa. Promosi merupakan arus informasi sepihak atau komunikasi interaktif dan persuasif yang dilakukan oleh sub Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk memperkenalkan obyek-obyek wisata yang ada di Sulawesi Selatan. Dari promosi tersebut, diharapkan wisatawan tertarik untuk mengadakan perjalanan wisata ke obyek-obyek wisata yang ada di Sulawesi Selatan. Dalam pelaksanaannya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melakukan promosi secara langsung dan tidak langsung (DinBudPar, 2010).

Promosi Langsung
Kegiatan promosi secara langsung dapat pula disebut “personal selling”, karena dilakukan dengan tatap muka dalam menyajikan suatu produk wisata. Melalui cara ini, dapat diketahui kebutuhan konsumen yang sesungguhnya. Kegiatan yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melalui personal selling antara lain :

• Mengadakan atau mengikuti seminar dan festival-festival budaya yang dilakukan oleh organisasi pariwisata, baik di dalam maupun di luar negeri. Pada kesempatan tersebut dapat terjadi negosiasi atau transaksi langsung antara produsen dan konsumen. Pada kesempatan itu pula, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melalui Sub Dinas Pemasaran dan HLWI (Hubungan Lembaga Wisata Internasional) membagi-bagikan brosur, booklet dan poster pada calon pembeli atau masyarakat umum.

• Melakukan promosi pada perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata untuk bekerjasama dalam memasarkan produk-produk wisata yang ada di Sulawesi Selatan.

Promosi Tidak Langsung
Promosi yang dilakukan secara tidak langsung memerlukan komponen yang lain sebagai wakil dari instansi, yang karena keterbatasan waktu, dana, sarana dan lainnya tidak dapat melaksanakan promosi secara langsung. Adapun usaha yang dilakukan adalah sebagai berikut :

• Advertising atau periklanan yang merupakan usaha memperkenalkan obyek-obyek wisata yang ada di Sulawesi Selatan dengan menggunakan jasa periklanan, koran, demo brosur dan buku kepariwisataan. Sub Dinas Pemasaran dan HLWI juga mengirimkan dan menyebarluaskan brosur dan booklet melalui pos ke biro perjalanan yang ada di luar negeri.

• Mengadakan hubungan kerjasama dengan biro perjalanan baik yang ada di dalam negeri maupun yang ada di luar negeri.

• Publisitas merupakan usaha dinas kebudayaan pariwisata bekerjasama dengan STIC dalam mempublikasikan atau memperkenalkan obyek-obyek wisata yang ada melalui internet (home page) dan stiker yang dapat ditempelkan pada daerah-daerah yang strategis seperti pada tas, payung, pintu dan sebagainya.

Novel Berbasis Kearifan Lokal dan Peningkatan Jumlah Wisatawan
Dalam beberapa tahun terakhir, lahir tipe novel yang fenomenal dan dan langsung menyedot perhatian publik. Tipe novel tersebut dikenal dengan novel yang berkearifan lokal. Sebut saja salah satunya yaitu Tetralogi Laskar Pelangi. Novel yang ditulis oleh Andrea Hirata ini kental akan budaya dan kearifan lokal Bangka Belitung dan telah dilayarlebarkan. Apa yang menyebabkan novel ini menjadi perbincangan hangat pada masa booming-nya hingga sekarang? Kebanyakan berkesimpulan bahwa keluarbiasaannya terletak pada gagasan atau ide yang diungkapkan serta mekanisme struktur yang menerapkan kaidah estetika naratif dan deskriptif yang berkearifan lokal sangat Indonesia.

Ridwan (2007) mengungkapkan, kearifan lokal biasanya tercermin dalam kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat yang telah berlangsung lama. Kearifan lokal akan terus berlangsung dan tercermin dalam nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok masyarakat tertentu. Nilai-nilai itu kemudian menjadi pegangan yang biasanya akan menjadi bagian hidup tak terpisahkan yang dapat diamati melalui sikap dan perilaku mereka sehari-hari dengan lingkungan sekitarnya.

Dari analisis penulis mengenai novel Laskar Pelangi didapatkan enam unsur khas naratif deskriptif yang digunakan untuk mengungkapkan ciri atau karakteristik novel yang berbasis kearifan lokal sebagaimana diungkapkan Roekminto dalam Soedjijono (2008) sebagai berikut :
Pengarang. Unsur ini menjadi hal yang sangat penting karena di tangan pengaranglah suatu novel berkualitas akan lahir. Pengarang hendaklah memiliki pengetahuan dan informasi yang luas tentang apa yang akan ditulisnya. Dalam ranah novel yang berbasis kearifan lokal, pengarang harus mengetahui dan memahami secara mendalam kearifan lokal masyarakat yang akan diceritakan dalam novelnya, dalam hal ini masyarakat Sulawesi Selatan. Kearifan lokal tersebut dapat dideteksi dari kebiasaan atau nilai-nilai yang terkandung di masyarakat dengan lingkungannya.

Bahasa. Unsur kedua yang menampak dalam novel berbasis kearifan lokal adalah bahasa. Kearifan lokal mewajibkan pengarang memperhatikan penggunaan bahasa lumrah (bahasa keseharian) dan bahasa seni. Maksud dari bahasa lumrah dalam novel adalah bahasa yang hidup dalam pemakaian sehari-hari, realistis, kontekstual, dan langsung. Seperti misalnya penggunaan dialog yang realis, bahasa yang ekspresif, dan ungkapan yang spesifik sesuai dengan latar belakang sosio-budaya tertentu. Pada konteks novel yang berbasis kearifan lokal Sulawesi Selatan, maka bahasa lumrah yang digunakan adalah bahasa Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Sedangkan bahasa seni adalah bahasa yang digunakan dengan memperhatikan kaidah-kaidah seni bahasa dalam kosa kata dan susunan kalimat dalam Bahasa Indonesia.

Latar. Pada dasarnya, manusia adalah bagian dari alam semesta yang sudah tercipta lengkap hingga manusia dapat hidup dengan menggunakan fasilitas yang Tuhan berikan. Dalam novel berbasis kearifan lokal, unsur latar terbagi menjadi latar alam semesta, latar fisik, latar waktu, latar zaman, latar sosial, latar budaya, dan latar sejarah. Pada latar alam semesta, pengarang mendeskripsikan alam tempat cerita berlangsung ; pada latar fisik, pengarang mendeskripsikan fisik sesuatu yang menjadi bagian cerita ; pada latar waktu, pengarang menjelaskan kapan waktu ketika tokoh dalam cerita dikisahkan ; dan pada latar sosial, budaya dan sejarah, pengarang mengeksplor kondisi sosial, budaya dan sejarah yang ada dalam masyarakat tempat novel mengambil latar. Latar bisa digunakan untuk memberikan informasi pada pembaca mengenai keindahan-keindahan alam, cara hidup, tradisi, budaya dan sejarah suatu tempat.

Tokoh. Dalam kearifan lokal, manusia tercipta setelah setelah alam semesta, dunia tumbuhan dan dunia binatang tercipta. Dalam novel, manusia adalah tokoh yang beraktivitas dan sentral dari sebuah cerita. Tokoh memiliki watak halus, kuat, lembut, keras. Pada novel kearifan lokal, tokoh memiliki peranan dalam kehidupan, yakni sebagai pelindung, penggoda, penasihat, pelestari, pembela, pengawal, pengabdi, penguji, pesaing, pemikir dan sebagainya. Tokoh yang ditampilkan adalah bagian dari masyarakat yang diceritakan. Untuk novel berbasis kearifan lokal Sulawesi Selatan, empat suku yang mendiami Sulawesi Selatan lah yang diangkat sebagai tokoh. Atau bisa juga tokoh dari luar yang memposisikan diri sebagai bagian dari Sulawesi Selatan.

Peristiwa. Dalam kehidupannya manusia melakukan dan mengalami berbagai peristiwa hidup. Dalam novel, peristiwa tersebut difungsikan untuk membangkitkan efek emosi dan untuk mengembangkan alur cerita. Ada 5 (lima) macam peristiwa emotif dalam novel kearifan lokal, yakni : peristiwa menegangkan peristiwa mengharukan, peristiwa romantis, peristiwa humor dan peristiwa menyenangkan. Sementara itu, unsur konflik yang menuju klimaks tidak merupakan katalisator signifikan.

Gagasan. Apa yang hendak disampaian pengarang dapat ditemukan dalam unsur terakhir ini. Sebuah novel yang berbasis kearifan lokal, selain berisi kisah tokoh dalam masyarakat berbudaya, hendaknya juga memberikan pesan positif di dalamnya. Gagasan atau pesan biasanya disampaikan pada unsur bahasa, latar, tokoh, dan peristiwa, atau secara eksplisit. Gagasan dan pesan bersumber dari ajaran dan nilai agama, nilai kearifan lokal, renungan inspiratif dan memotivasi.

Unsur naratif dan deskriptif yang penulis gunakan untuk mengungkapkan ciri atau karakteristik novel berbasis kearifan lokal, dapat digunakan untuk memperkenalkan budaya dan pariwisata yang ada di Sulawesi Selatan. Sebagaimana penjelasan kondisi budaya dan pariwisata yang penulis ungkapkan sebelumnya, dalam hal keunikan Budaya Sulawesi Selatan, Suku Bugis, Makassar dan Mandar dari dahulu hingga sekarang terkenal sebagai pelaut patriotik yang dengan perahu layar tradisionalnya “Phinisi” mengarungi lautan kepulauan Indonesia sampai ke belahan dunia lainnya. Begitu pula dengan Suku Toraja yang dikenal hingga ke mancanegara dengan budayanya yang spesifik dan bernuansa religius.

Belum lagi daerah-daerah tujuan wisata bahari dan alam yang tersebar di 20 (dua puluh) kabupaten dan kota di seluruh Sulawesi Selatan. Sebut saja Tanjung Bira di Bulukumba, Pulau Takabonerate Selayar, gugusan pulau-pulau Spor-monde Pangkep, pemandangan alam Buttu Kabobong di Enrekang serta pulau-pulau lepas pantai Makassar (May, 2010) bisa dipromosikan lewat novel yang mematubkan keunikan tersebut dalam penulisannya, seperti yang Andrea Hirata lakukan dalam Tetalogi Laskar Pelanginya.

Novel dengan unsur kearifan lokal di atas dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan budaya dan pariwisata Sulawesi Selatan. Penggambaran latar sosial, budaya sejarah, pemandanganalam dan lainnya, dinilai secara tidak langsung telah memperomosikan Sulawesi Selatan pada masyarakat luas. Cara promosi baru yang ditawarkan untuk memperkenalkan Sulawesi Selatan secara lebih efektif dan efisien. Dengan promosi melalui novel, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tidak perlu mengeluarkan banyak dana seperti cara-cara promosi yang pernah dilakukan, seperti festival-festival budaya di dalam dan luar negeri advertising yang memakan banyak biaya.

Andrea Hirata berhasil mempromosikan budaya dan pariwisata Bangka Belitung lewat Tetralogi Laskar Pelanginya yang telah difilmkan, hingga meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bangka Belitung sekitar 500 persen (Belitung Pos dalam Iwan, 2009). Maka dengan novel yang berbasis kearifan lokal yang penulis gagaskan ini, diharapkan bisa mempengaruhi peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Sulawesi Selatan nanti.

.
Pihak-pihak yang Bisa Membantu
Pihak-pihak yang diharapkan dapat membantu merealisasikan gagasan ini adalah :
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Aktor utama dalam gagasan ini adalah Pemerintah Sulawesi Selatan melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Dinas kebudayaan dan pariwisata yang di dalamnya terbagi atas dinas kebudayaan, kesenian, pengembangan usaha pariwisata, pemasaran dan hubungan lembaga wisata internasional, pengembangan sumber daya dan peran serta masyarakat (Sulsel, 2010) berperan sebagai pelaksana dalam promosi budaya dan pariwisata Sulawesi Selatan melalui novel berbasis kearifan lokal. Lebih utama lagi pada pendanaannya.

Pengarang. Aktor kedua yang tak kalah penting dalam mendukung gagasan ini yaitu para pengarang yang bermukim atau berasal dari Sulawesi Selatan yang memahami kearifan lokal di provinsi ini. Bisa juga masyarakat di luar Sulawesi Selatan yang memahami kearifan lokal Sulawesi Selatan. Aktor pendukung sukses gagasan ini diharapkan menghasilkan tulisan-tulisan dalam bentuk novel yang berbasis kearifan lokal Sulawesi Selatan sebagaimana yang telah dideskripsikan di atas.

Penerbit. Tak akan terbit suatu tulisan jika tidak ada penerbit yang memayunginya. Penerbit adalah unsur ketiga terpenting dalam gagasan ini. Penerbit di sini bukanlah dari Dinas kebudayaan dan pariwisata yang memang punya wewenang menerbitkan buku-buku dalam lingkup mereka, melainkan penerbit nasional yang telah punya nama dan pembaca yang besar. Hal ini dikarenakan, animo pembaca dalam membeli sebuah buku/novel kebanyakan melihat jam terbang yang tinggi dari sebuah penerbit. Dengan menerbitkan novel berbasis kearifan lokal Sulawesi Selatan yang berkualitas lewat penerbit nasional, diprediksikan akan dibaca oleh masyarakat dari Sabang sampai Merauke.

Masyarakat Sulawesi Selatan. Poin ke-empat yang tak kalah penting adalah keterlibatan dan dukungan dari masyarakat Sulawesi Selatan. Kesuksesan promosi tergantung pada kerjasama pemerintah dan masyarakatnya. Peran serta dan kepedulian masyarakat dalam konteks permbangunan pariwisata yang bertumpuh pada nilai-nilai agama, budaya dan pelestarian lingkungan hidup serta memperkokoh persatuan dan persahabatan antar bangsa.

Langkah-langkah Strategis
Langkah-langkah strategis yang penulis gagaskan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk promosi budaya dan pariwisata Sulawesi Selatan melalui novel berbasis kearifan lokal adalah sebagai berikut :

Workshop. Sulawesi Selatan termasuk sebuah propinsi yang memilki kebudayaan dan daerah tujuan wisata yang menarik, namun tentu saja tidak semua penulis yang berasal dari Sulawesi paham akan nilai-nilai kearifan lokal yang berlaku dalam masyarakat sejak zaman dahulu. Oleh sebab itu perlu adanya sebuah upaya yang harus diciptakan oleh pemerintah dalam hal ini dinas kebudayaan dan pariwisata sebagai lembaga pemerintah yang menangani masalah pelestarian budaya dan pengembang daerah pariwisata untuk mendukung penulisan novel berbasis kearifan lokal tersebut. Salah satu cara yang efektif adalah mengadakan workshop dan pengenalan secara mendetail kepada para pengarang tentang budaya dan kearifan lokal yang ada di Sulawesi selatan.

Sayembara. Mengadakan sayembara penulisan novel berbasis kearifan lokal Sulsel. Sayembara diadakan untuk menyeleksi karya-karya yang berkualitas dan sesuai dengan tema yang diusulkan. Pengarang yang karyanya terpilih dalam sayembara ini akan mendapat hadiah yang sesuai dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Karya-karya yang terpilih tersebut akan menjadi hak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk diterbitkan namun hak ciptanya tetap dimiliki pengarang.

Kerjasama. Bekerja sama dengan penerbit nasional untuk menerbitkan novel-novel berbasis kearifan lokal yang terpilih dalam sayembara. Dalam hal pendanaan pada kerjasama ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan penerbit sama-sama mengeluarkannya sehingga keuntungannya penjualan novel nanti akan dibagi sesuai kesepakatan.

Promosi. Bersama masyarakat mempromosikan novel-novel berbasis kearifan lokal yang telah diterbitkan dengan berbagai macam cara.

Analisis SWOT
Untuk lebih menambah isi gagasan ini, maka dipandang perlu menguraikan kelebihan, kekurangan, kesempatan dan ancaman dari ide yang ditawarkan melalui analisis SWOT pada tabel 1. Di bawah ini :

No SWOT Uraian
1 Strength  Cara promosi baru yang tidak memakan banyak biaya seperti cara promosi sebelum-sebelumnya.
 Lebih efektif untuk memperkenalkan kebudayaan dan daerah tujuan wisata Sulawesi Selatan.
 Memberi kesempatan penulis-penulis lokal untuk menunjukkan kemampuan mereka.
 Wilayah-wilayah yang pernah dipromosi (secara tidak sengaja) dalam novel, mengalami peningkatan jumlah wisatawan.
2 Weakness Sulit menemukan tulisan/novel yang menarik
3 Opportunity  Novel adalah bacaan yang paling digemari saat ini.
 Novel berbasis kearifan lokal sedang berada di puncak popularitas.
4 Treats Novel tidak booming.
Tabel 1. Analisis SWOT

PENUTUP
Kesimpulan
Gagasan. Promosi budaya dan pariwisata Sulawesi Selatan dapat dilakukan lewat novel yang berbasis kearifan lokal Sulsel. Novel tersebut berisi beberapa unsur kearifan lokal yaitu bahasa, latar, peristiwa, tokoh dan gagasan, yang mendeskripsikan secara detail kebudayaan dan kepariwisataan Sulawesi Selatan.

Teknik Implementasi. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengimplementasikan gagasan promosi budaya dan pariwisata Sulawesi Selatan melalui novel yang berbasis kearifan lokal adalah mengadakan workshop berkaitan dengan pembuatan novel yang dimaksud, mengadakan sayembara penulisan novel, menerbitkan beberapa novel yang terbaik sesuai pilihan juri, dan mempromosikan pada khalayak.

Prediksi hasil. Dengan menggunakan cara promosi lewat novel yang berbasis kearifan lokal, diperkirakan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Sulawesi Selatan akan meningkat melebihi cara promosi yang pernah dilakukan.

Rekomendasi
Bagi Masyarakat
Turut berperan aktif dalam upaya mempromosikan kebudayaan dan pariwisata Sulawesi Selatan dengan berbagai macam cara, yang salah satunya adalah membuat novel yang berbasis kearifan lokal Sulawesi Selatan untuk mendongkrak jumlah wisatawan yang berkunjung.

Bagi Pemerintah
Agar dapat mengadopsi cara baru dalam mempromosikan kebudayaan dan pariwisata Sulawesi Selatan yang penulis gagaskan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.

DAFTAR PUSTAKA

Wahab, Salah. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

Yoethi, Oka A. 2006. Pariwisata Budaya : Masalah dan Solusinya. Jakarta : PT Pradnya Paramita.

Hirata, Andrea. 2007. Laskar Pelangi Cetakan Kesepuluh. Jakarta : Bentang Pustaka.

Iwan. 2009. Kunjungan Wisata Belitung Meningkat. Artikel online. http://eagle212.multiply.com/journal/item/101/Pariwisata_Belitung_booming_berkat_Laskar_Pelangi. Diakses pada Maret 2010.

Wahid, Sugirah. 2007. Manusia Makassar. Makassar: Pustaka Refleksi.

Yoethi, Oka A. 1985. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa.

News, Fajar. 2010. Visit South Sulawesi 2012 Diharap Menggaet Wisman. Artikel online. http://news.fajar.co.id/read/83444/45/visit-south-sulawesi-2012-diharap-menggaet-wisman. Diakses pada Maret 2010.

Swastha, Basu.1980. Manajemen Barang dan Pemasaran. Yogyakarta : FE-UGM.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan. 2002-2003. Pariwisata Sulawesi Selatan. Makassar : DinBudPar.

Ridwan, Nurma Ali. 2007. Landasan Keilmuan Kearifan Lokal. Jurnal Studi Islam dan Budaya 5 (1) : 28. P3M STAIN Purwokerto.

Soedjijono. 2008. Novel Kearifan Lokal sebagai Media Pembelajaran Apresiasi Prosa. Makalah. Malang : Universitas Negeri Malang.

May, Syarifuddin. 2010. Pariwisata Sulsel Mulai Menggeliat. Artikel online. http://bataviase.co.id/detailberita-10486940.html. Diakses pada Maret 2010.

Sulsel. 2009. Susunan Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. http://www.sulsel.go.id/index.php. Diakses pada Maret 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar